Tulisan ini sebenernya saya dapatkan dari sebuah artikel di website. Mungkin beberapa teman bloggers sudah pernah membacanya. Namun jika ada yang belum pernah baca artikel ini, artikel ini bisa dijadikan referensi pengetahuan kita mengenai perkembangan di dunia maya khususnya blog.... Selamat membaca.
Internet di Indonesia sudah hadir lebih dari satu dekade, dan hingga kini beragam jenis konten internet semakin bervariasi. Teknologi juga berkembang, jauh lebih sempurna dan lebih user friendly. Terkait dengan pemasaran, bentuknya pun juga mulai bergeser. Hampir satu dekade lalu, masa ilusi jayanya dot com, semua investor membangun portal, tanpa mengerti manfaat media portal ini bagi konsumen. Namun pada saat itu jugalah mulai dikenal aktivitas pemasaran di dunia maya. Bentuknya masih “tradisional,” berupa banner, yang merupakan adaptasi dari iklan di media cetak.
Kini, banner pun mengalami perubahan. Dari awal yang dulunya hanya statis, lalu mulai berbentuk animasi, dengan menggunakan format animated GIF. Tak lama berubah ke format Macromedia Flash, yang memungkinkan animasi dan interaktif yang jauh lebih dinamis. Sekarang, lebih dikenal dengan istilah rich media, dimana banner bukan hanya sekedar iklan, tapi banner bisa berinteraksi dengan pengunjung. Informasi lebih lengkap tentang evolusi rich media bisa dibaca di sini. Untuk contoh-contoh aplikasi rich media bisa dibaca di Adverblog.
Pengukuran keberhasilan sebuah website-pun semakin berkembang. Kalau dahulu penilaian sebuah website hanya didasarkan oleh jumlah pengunjung dan jumlah hit, kini juga dikenal sistem referral, dimana penilaian sebuah website juga bisa dilihat dari seberapa banyak website lain atau banner yang mereferensikannya. Berbagai riset pengukuran mulai dikembangkan. Bahkan perusahaan riset Dynamic Logic kini juga sudah bisa melakukan pengukuran brand awareness untuk media internet.
Model pemasaran lainnya adalah dengan memanfaatkan search engine. Di sini, seorang pemasar online harus memikirkan cara agar website-nya bisa muncul di halaman pertama (kalau bisa di urutan 5 besar), dalam kategori tertentu. Coba masuk search engine Google atau Yahoo! dan masukkan kata kunci “rumah sakit,” dan lihat website apa yang akan muncul di peringkat pertamanya. Alamat website yang keluar di halaman pertamalah yang cenderung ditelusuri lebih lanjut oleh pengunjung. Artikel lebih lanjut tentang pemasaran via search engine bisa dibaca di artikel ini.
Pemasaran yang lebih dahulu ada sebenarnya adalah e-mail. Namun, penyajiannya harus berhati-hati, jangan sampai upaya pemasaran yang dilakukan via e-mail malah dianggap sebagai spam. Biasanya, promosi dalam bentuk ini dilakukan dengan lebih halus. Misalnya, melalui mailing list yang relevan, sehingga masih bisa ditolerir oleh anggota mailing list tersebut. Alternatif lainnya, dengan mengirimkan e-mail langsung ke target yang bersangkutan. Hal ini bisa dilakukan jika pengirim memiliki database konsumen yang kuat. Upaya mengumpulkan database bisa dilakukan dengan memancing konsumen ke website bersangkutan. Bila konsumen merasa ia bisa mendapatkan sesuatu yang bermanfaat dari website tersebut, ia tidak akan keberatan untuk menerima info via e-mail lebih jauh seputar jasa/produk yang ditawarkan website tersebut. Tips menyusun e-mail pemasaran yang baik bisa dibaca di rubrik E-mail Insider di MediaPost. Contoh-contoh pemanfaatan e-mail sebagai alat pemasaran juga bisa dibaca di Adverblog.
Sering diketahui pula kalau di dunia pemasaran tradisional, efek pemasaran dari mulut ke mulut ternyata lebih ampuh daripada memasang iklan di majalah atau TV. Sebagai analoginya, di dunia pemasaran online, dikenal pula pemasaran viral. Konsepnya sama, seseorang yang menerima info, terdorong untuk menyebarkan info tersebut ke rekan-rekannya. Bentuknya di internet bervariasi, tapi biasanya selalu berlandaskan pada e-mail. Misalnya, seseorang melihat informasi menarik dan menghibur di salah satu website. Ia berpikir, bagus juga kalau informasi ini dibagi dengan rekan-rekannya. Melalui form yang sudah disiapkan, ia lalu menuliskan alamat e-mail rekan-rekannya. Rekan-rekannya yang tertarik akan ikut melihat website, dan akan menyebarkannya ke rekan-rekan lainnya pula. Biasanya, untuk mempercepat pemasaran viral, pengunjung bisa diiming-imingi dengan hadiah. Misalnya, dengan ia mengisi data rekan-rekannya, ia berkesempatan untuk mendapatkan undian berhadiah setiap periodenya. Pemasaran dari mulut ke mulut di internet kini sudah ada standar acuannya. WOMMA (Word of Mouth Marketing Association) telah menyusun acuan yang bisa dijadikan standar pengukuran.
Dunia portal dot com sudah berlalu. Masa-masa dimana informasi berita didapatkan dari sumber berita ternama seperti Kompas atau Detik, kini mulai bergeser. Berkembangnya blog memungkinkan setiap orang, termasuk yang bodoh internet sekalipun, bisa menulis berita. Beda dengan berita jurnalistik dimana harus selalu disertai dengan bukti akurat, melalui blog, ekspresi pribadi seseorang terhadap suatu berita lebih diutamakan. Jutaan blog kini telah muncul. Diperkirakan jumlah blog di Indonesia kini mencapai puluhan ribu, baik yang dibangun sendiri, yang memakai penyedia jasa layanan blog (Typepad, Blogspot, Blogsome, dll), hingga yang merupakan bagian dari suatu komunitas (Friendster, Yahoo! 360ยบ, Bolt, dll). Setiap berita dalam blog bisa di-feed hingga muncul di website lain, yang memungkinkan artikel yang kita tulis lebih cepat tersebar. Berbagai brand di luar mulai memikirkan pemasaran melalui blog. Blog Vespa digunakan untuk mendekatkan Vespa dengan komunitasnya.
Perkembangan teknologi di dunia maya akan terus berkembang, yang tentunya akan selalu diikuti dengan munculnya inovasi media-media baru. Contoh di atas hanya sepintas ulasan mengenai pemanfaatan media baru di internet. Riset Telkom di akhir tahun 2003 menunjukkan lebih dari 70% pengguna internet adalah masyarakat berusia 17-30 tahun, dan umumnya minimal berpendidikan SLTA. Mereka adalah orang-orang pecinta teknologi yang haus akan informasi baru. Tentunya ini merupakan hal menarik untuk dieksplorasi lebih jauh oleh para brand yang dekat dengan remaja dan mahasiswa. Media internet adalah media yang sangat potensial, dan jauh lebih efisien dan murah, bila dibandingkan dengan memasarkan brand melalui TV dimana kini sudah semakin cluttered. Dengan internet, brand bisa menjadi pengalaman (experience), dan bukan sekedar menjadi tontonan pasif belaka.
Semoga bermanfaat......
No comments:
Post a Comment